KH. Ilyas Ruhiat



KH. Ilyas Ruhiat di lahirkan pada tanggal 31 Januari 1934 di Cipasung Tasikmalaya, Jawa Barat. Beliau adalah putra dari pasangan KH Ruhiat dan Hj Aisyah. Ayahanda beliau adalah ulama besar di kabupaten tersebut. KH. Ilyas Ruhiat adalah seorang ulama besar Nahdhatul Ulama, dan pernah menjabat sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (1992-1999) sekaligus Pemimpin Pondok Pesantren Cipasung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Pendidikan
Sebagai ulama yang cukup berpengaruh di kalangan NU, Ilyas hanya mengecap pendidikan formal selama 3 tahun di sekolah rakyat.

Namun Ilyas kecil tidak mau berhenti belajar. Semangat dan kegigihannya mempelajari segala hal, mendorong Ilyas mengambil kursus bahasa. Dua bahasa sekaligus dipelajarinya, Arab dan Inggris. Akhirnya dengan penguasaan bahasa Arab yang mumpuni, Ilyas muda mampu menguasai bidang ilmu Agama Islam.

Ilyas juga mendapat pendidikan pesantren, yakni di Pondok Pesantren Cipasung yang dipimpin ayahnya, KH Ruhiat. Sejak kecil, Ilyas berpembawaan tenang dan sejuk, namun diakui oleh para ulama di kalangan NU dan non-NU sebagai ulama yang cerdas.

Pada usia 9 tahun ia sudah menguasai kitab jurumiyah (ilmu nahwu) dan pada usia 15 tahun dia telah menguasai kitab Al Fiyah Ibnu Malik (Ilmu Sharaf yang dirakit dalam seribu bait syair).

Oleh karena itu sejak usia 15 tahun Ilyas sering dipercaya menggantikan ayahnya untuk mengajar. Ketika ayahnya ditangkap dan dipenjarakan oleh penjajah Belanda, KH. Ilyas lah yang menggantikan posisi sang ayah sebagai guru di pesantren.

Kegiatan organisasi

KH Ilyas memulai karirnya di organisasi NU sejak tahun 1954 dengan terpilih sebagai Ketua NU Cabang Tasikmalaya.

Saat itu pun ia merangkap sebagai Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa barat. Kemudian pada tahun 1985-1989 ia terpilih sebagai Wakil Rois Syuriah NU Jawa Barat.

Pada tahun 1989, saat muktamar NU di Krapyak, Ilyas menjadi salah seorang Rois Syuriah Pengurus Besar (PB) NU. Puncaknya,tahun 1994, pada muktamar ke-29 NU yang berlangsung di pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Ilyas terpilih sebagai Rois Am PB NU, mendampingi KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai Ketua Umum PB NU.

Pada saat muktamar NU di Krapyak KH Ilyas menjadi salah satu anggota Rois Syuriah PBNU. Kemudian sejak Munas dan konferensi besar NU di Bandar Lampung tahun 1992, Ilyas ditunjuk sebagai pelaksana Rois Aam Syuriah NU menggantikan Rois Aam KH Ahmad Siddiq yang wafat. Kemudian KH Ilyas kembali menjadi Rois Aam untuk periode berikutnya 1994-1999.

Pernikahan
KH. Ilyas Ruhiat menikah dengan Hj. Dedeh Tsamrotul Fuadah putri KH. Mapruh yang juga teman ayahanda beliau KH. Ruhiat tepat pada tanggal 14 Juli 1956. Saat itu, usia KH. Ilyas baru 22 tahun, sedangkan Hj. Dedeh baru lulus SD.
pasangan pasutri tersebut memiliki 3 orang putra-putri yaitu, cep Zamzam Noor jebolan ITB, juga pernah dua tahun menimba ilmu di Italia, lebih dikenal sebagai seniman terkenal. Anak keduanya, Ida Nurhalida meraih master di UPI Bandung, dan si bungsu Enung Nursaidah Rahayu yang juga seorang master pendidikan biologi.

Wafat
KH Ilyas Ruhiat meninggal dunia hari pada hari Selasa 18 Desember 2007 pukul 16.15 di kediamannya di Pondok Pesantren Cipasung setelah menderita penyakit diabetes dan beberapa kali didera stroke. beliau meninggalkan tiga anak dan 11 cucu. Sementara isterinya, Hj Dedeh Fuadah, telah meninggal dunia enam bulan sebelumnya, juga karena sakit. Jenazah almarhum dimakamkan di pemakaman keluarga di kompleks pesantren tersebut.

KH. Ilyas Ruhiat Rating: 4.5 Diposkan Oleh: muzzy musthofa

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Sobat semua komentar disini. Segala kritik dan saran dari Sobat semua akan sangat berguna bagi kemajuan blog ini.