Nama asli beliau adalah Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Beliau dilahirkan pada tahun 204 Hijriah dan meninggal dunia pada sore hari Ahad bulan Rajab tahun 261 Hijriah dan dimakamkan di Naisaburi.
Pendidikan
Semenjak berusia kanak kanak beliau telah rajin menuntut ilmu, di dukung dengan kecerdasan luar biasa, kekuatan ingatan, kemauan keras dan ketekunan yang mengagumkdn. Konon kabarnya, pada usia 10 tahun beliau telah hafal Al Qur’an seutuhnya.
Beliau juga sudah belajar hadits sejak kecil seperti Imam Bukhari dan pernah mendengar dari guru-guru Al Bukhari dan ulama lain selain mereka. Orang yang menerima Hadits dari beliau ini, termasuk tokoh-tokoh ulama pada masanya. Ia juga telah menyusun beberapa karangan yang bermutu dan bermanfaat. Yang paling bermanfaat adalah kitab Shahihnya yang dikenal dengan Shahih Muslim. Kitab ini disusun lebih sistematis dari Shahih Bukhari. Kedua kitab hadits shahih ini; Shahih Bukhari dan Shahih Muslim biasa disebut dengan Ash Shahihain. Kadua tokoh hadits ini biasa disebut Asy Syaikhani atau Asy Syaikhaini, yang berarti dua orang tua yang maksudnya dua tokoh ulama ahli Hadits. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin terdapat istilah akhraja hu yang berarti mereka berdua meriwayatkannya.
Ia belajar hadits sejak masih dalam usia dini, yaitu mulai tahun 218 H. Diantara para guru beliau adalah ulama ulama besar dan ahli ahli hadis terkemuka :
1. Di Khurasan, antara lain beliau belajar pada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawi;
2. Di 'Iraq, antara lain kepada Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbaly) dan 'Abdullah Ibnu Maslamah;
3. Di Hijaz, kepada Said bin Manshur, Abu Mush’ab dan lain lain;
4. di Mesir kepada 'Amru bin Sawwad dan Harmalah bin Yahya, serta banyak lagi yang lain lain.
5. Di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu `Ansan.
Beliau berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama ahli hadits, dan kunjungannya yang terakhir pada 259 H, di waktu Imam Bukhari datang ke Naisabur, beliau sering datang kepadanya untuk berguru, sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya. Dan ketika terjadi fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli, ia bergabung kepada Bukhari, sehingga hal ini menjadi sebab terputusnya hubungan dengan Az-Zihli. Muslim dalam Sahihnya maupun dalam kitab lainnya, tidak memasukkan hadits-hadits yang diterima dari Az-Zihli padahal ia adalah gurunya. Hal serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadits dalam Sahihnya, yang diterimanya dari Bukhari, padahal iapun sebagai gurunya. Nampaknya pada hemat Muslim, yang lebih baik adalah tidak memasukkan ke dalam Sahihnya hadits-hadits yang diterima dari kedua gurunya itu, dengan tetap mengakui mereka sebagai guru.
Imam Muslim memikul nama besar sebagai ulama dan ahli hadis yang sangat masyhur dan terkemuka dengan predikat “Imam" ' tidak saja karena sifat sifat pribadi yang dimilikinya sejak kecil, seperti cerdas, kuat ingatan, tekun dan berkemauan keras, tetapi yang terutama pula ialah karena diri beliau selalu dihiasinya dengan taqwa, shalih, dan wara' (selalu menjauhkan diri dari dosa).
Kemudian, berkat karya karya besar yang dihasilkannya, nama beliau semakin tinggi dan meenimbulkan hormat bagi setiap ahli ilmu. Sebagai seorang ahli hadis, beliau berhasil mengumpulkair sejumlah 300.000 hadis. Kemudian dengan sangat cermat dan teliti hadis sebanyak itu diperiksanya satu persatu dengan suatu sistem yang amat ketat, yang sekarang dapat kita pelajari dalam "Ilmu Mushthahalah Hadis". Dari hasil penelitiannya itu, hanya sebanyak 7.275 hadis yang termasuk kategori 'Shahih" Tetapi yang dituangkannya dalam "Shahih Muslim” hanya ± 4.000 hadis, karena 3.000 di antaranya temyata berulang.
Imam Nawawi mengatakan, bahwa Imam Muslim telah mengambil cara yang sangat teliti dan cermat bagi kitab Shahihnya.Di samping itu Imam Nawawi juga mengatakan, 'Para ulama sepakat mengakui kebesarannya. Siape yang mendalamkan pandangan terhadap Shahih Muslim, akan tahu beliau bahwa Imam Muslim itu seorang Imam (pemuka) yang tiada bandingannya. Tidak sedikit ahli - ahli hadis berpredikat Imam yang meriwayatkan hadis daripadanya. Antara lain seperti Imam Turmudzi, Imam Ibnu Khuzaimah, Abdul Wahhab Al Farra, Ibnu Ishak Al Asfarainy, dan masih banyak lagi yang lain-bin."
Karya
Selain menulis sebuah kitab yang fenomenal yaitu kitab Al-Jami` ash-Shahih atau lebih dikenal sebagai Sahih Muslim, beliau juga menulis beberapa kitab yang lain. Diantaranya adalah :
1. Al Musnad Al Kabir
2. Al Jami’Al Kabir
3. Al Asma' wal Kaniya
4. Al Afrad wal Wildan.
5. Al Aqran
6. Masyaikh Ats Tsauri
7. Tasymiyatu Syuyukhi Malik
8. Kitabul Muhadharimim
9. Kitab Auladish Shahabab
10. Ath Thabaqat At Tabi'in
11. Auhamul Muhadditsin
12. Afradus Syamiyin
13. At Tamyiz
14. Al 'Ilal.
Antara Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengulas kelebihan Shahih Bukhari atas Shahih Muslim, antara lain, karena al-Bukhari mensyaratkan kepastian bertemunya dua perawi yang secara struktural sebagai guru dan murid dalam hadits mu'an'an; agar dapat dihukumi bahwa sanadnya bersambung. Sementara Muslim menganggap cukup dengan "kemungkinan" bertemunya kedua rawi tersebut dengan tidak adanya tadlis.
Al-Bukhari mentakhrij hadis yang diterima para perawi tsiqqat derajat utama dari segi hafalan dan keteguhannya. Walaupun juga mengeluarkan hadis dari rawi derajat berikutnya dengan sangat selektif. Sementara Muslim, lebih banyak pada rawi derajat kedua dibanding Bukhari. Disamping itu kritik yang ditujukan kepada perawi jalur Muslim lebih banyak dibanding kepada al-Bukhari.
Sementara pendapat yang berpihak pada keunggulan Shahih Muslim beralasan - sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar, bahwa Muslim lebih berhati-hati dalam menyusun kata-kata dan redaksinya, karena menyusunnya di negeri sendiri dengan berbagai sumber di masa kehidupan guru-gurunya. Ia juga tidak membuat kesimpulan dengan memberi judul bab sebagaimana Bukhari lakukan. Dan sejumlah alasan lainnya.
Namun prinsipnya, tidak semua hadits Bukhari lebih shahih ketimbang hadits Muslim dan sebaliknya. Hanya pada umumnya kesahihan hadits riwayat Bukhari itu lebih tinggi daripada kesahihan hadits dalam Shahih Muslim.
Wafat
Imam Muslim wafat pada Minggu sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H / 5 Mei 875. dalam usia 55 tahun.
mas izin copy ya, buat tugas kulaih saya...hehe thanks
BalasHapus